JAYAPURA – Layanan medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dok II Jayapura terus ditingkatkan.
Saat ini, rumah sakit tersebut telah mengoperasikan Hearing Center yang memberikan layanan Hearing AID (Alat Bantu Dengar).
Hearing AID merupakan perangkat elektronik yang dipasang pada telinga, dengan maksud untuk memperkeras (amplifikasi) suara disekitar pemakainya.
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jayapura, drg. Josef Rinta, Mkes mengatakan, layanan Hearing AID dapat diakses pasien pengguna Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan Kartu Papua Sehat (KPS).
“Jadi memang dengan alat-alat yang dimiliki untuk memberikan pelayanan kepada pasien yang mengalami gangguan pendengaran dan untuk pasien pengguna BPJS Kesehatan dan KPS bisa mendapatkan pelayanan ini,”ungkapnya.
Menurut Rinta, keberadaan layanan Hearing Center RSUD Jayapura merupakan yang pertama di Provinsi Papua.
Dengan layanan tersebut, maka pelayanan pasien gangguan alat pendengaran tidak lagi dirujuk ke Hearing Center Makassar seperti yang selama ini dilakukan.
Rinta mengakui bahwa pemeriksaan yang dilakukan tidak memakan waktu yang lama, dengan keunggulan alar yang dimiliki Auditory steady-state response (ASSR) sebagai sebuah pemeriksaan pendengaran objektif makin berkembang dengan pesat dekade terakhir ini.
“Alat ini bertujuan untuk menentukan tingkat ketepatan,”tambahnya.
Dikatakan, pasien tidak langsung di rujuk Hearing Center tetapi menjalani pemeriksaan di Poli Telinga Hidung Tenggorokan(THT) atau pasien anak dari Poli Anak. Ssetelah dari kedua poli baru dirujuk ke Hearing Center.
“Sama seperti ruangan lain, kita juga mendatangkan tenaga dokter spesialis atau tenaga dokter spesialis, dengan kehadiran Hearing center dan tenaga dari PT ABDI, kami harapkan dapat memberikan pelayanan yang maksimal,”katanya.
Rinta menjelaskan bahwa pelayanan yang diberikan dilandasi dengan niat yang baik maka pelayanan dapat berjalan dengan baik pula.
“Jika pelayanan ini bisa dilayani dengan baik maka kita tidak mesti merujuk ke luar Papua. Karena kita kan harus melihat efisiensi biaya, dimana untuk berobat di Papua lebih murah jika harus dirujuk ke luar Papua,”jelasnya. (ing/al)