JAYAPURA – Karena dianggap sebagai salah satu daerah yang sukses dalam melakukan sirkumsisi (Sunat) alat PrePex, maka World Healt Organization (WHO) mendatangi Provinsi Papua untuk melakukan studi banding.
Hal ini yang menyebabkan WHO merasa berkepentingan untuk berkunjung langsung, sebab seluruh organisasi kesehatan dunia sangat peduli terhadap penanganan dan pencegahan HIV/AIDS di Papua bahkan Indonesia.
“Sekali lagi saya datang kesini (Papua-red) untuk belajar karena pasti semua wilayah punya karakteristik sendiri. Nah dari sinilah kami belajar ke Karma dan tim semua yang ada di Papua,”ungkap Consultant WHO untuk VMMC, Dr. Timothy Hargreave disela-sela kunjungannya diruangan Sirkumsisi RSUD Jayapura, Jumat (24/3).
Menurut Timothy apa yang sudah dilakukan di Papua maka akan dibawa ke daerah lainnya. Sehingga yang sehat bukan saja di Papua saja tetapi semua laki-laki di dunia.
Karena Provini Papua menjadi provinsi di Indonesia pertama di Asia yang menerapkan sirkumsisi (sunat) dengan alat PrePex yang dilanjutkan ke negara kawasan Afrika.
“Dimana metode sirkumsisi PrePex di Papua yang diklaim mampu mengurangi resiko HIV maupun penyakit kelamin lainnya tersebut,”terangnya.
Hal ini yang akhirnya mengundang minat tim dari WHO untuk belajar dan melihat lebih dekat bagaimana prosesnya.
“Kita datang kesini untuk belajar dan melihat seperti apa proses yang sudah berjalan sehubungan dengan sirkumsisi di Papua, dalam rangka untuk pencegahan HIV,”ungkapnya.
Sebab pasti selalu ada perbedaan mengenai sirkumsisi PrePex yang berjalan di Afrika maupun di Papua karena disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah. Dengan demikian, pihaknya datang belajar dari Papua seperti apa dan harapannya pelaksanaan sirkumsisi ini bisa aman bagi semua, baik untuk pasien, petugas dan semua pihak terkait lainnya.
Timothy memuji kinerja dan partisipasi aktif, Sekretaris Komisi Penanggulan AIDS (KPA) Papua, drh. Constant Karma bersama pemerintah setempat yang mampu mensosialisasikan penerapan sirkumsisi PrePex di provinsi ini.
Meski begitu, pihaknya mengingatkan semua pihak di Papua bahwa sirkumsisi tidak 100 persen menjamin bebas dari penyebaran virus HIV.
Ia menyarankan kepada para pria untuk tetap menggunakan kondom, karena terbukti 100 persen untuk meminimalisasi resiko tertularnya virus mematikan HIV serta penyakit kelamin.
“Perlu diingat bahwa sirkumsisi ini bukan merupakan satu-satunya jalan (terbebas dari virus HIV) tetapi harus juga dengan kondom. Jadi, satu-satunya jalan adalah dengan memakai kondom dan melakuka sirkumsisi maka harapan kita bisa maksimal mengurangi tertularnya HIV serta bisa hidup lebih sehat,”katanya.
Senada disampaikan Co-Chair Presidents Emergency Plan for AIDS Relier (PEPFAR) Anne G. Thomas.
Dimana masalah sirkumsisi, jelasnya bahwa bukan hanya menjadi persoalan bagi Provinsi Papua.
“Tetapi juga ada di 14 negara. Sehingga kita coba ke Papua untuk melihat apa yang terjadi disini,”tandasnya. (ing/rm)