JAYAPURA – Deputi Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi dan Kemitraan Badan Restorasi Gambut (BRG), Myrna A. Safitri mengatakan, Papua merupakan salah satu dari tujuh provinsi yang menjadi prioritas penanganan lahan gambut oleh pihaknya.
“Pengumpulan data untuk mendukung pelaksanaan proyek restorasi gambut. Sebelumnya kami juga sudah merekrut dan memberikan pelatihan fasilitator desa untuk ditempatkan di desa target restorasi gambut,”kata Myrna kepada wartawan di Hotel Aston Jayapura, Selasa (11/7/2017).
Untuk penanganan lahan gambut tersebut, Badan Restorasi Gambut dalam minggu ini akan mulai melakukan pemetaan sosial di tiga desa di Kabupaten Merauke, yakni Kaliki, Sumber Rejeki dan Sumber Mulya.
“Dalam melakukan restorasi, khususnya di Papua, kami menggunakan pendekatan kebudayaan memang menjadi perhatian pihaknya. Oleh karena itu, upaya penyiapan masyarakat di level kampung menjadi perhatian,”terangnya.
Diakuinya, masyarakat memang punya kemampuan, tetapi ada juga kondisi yang berubah dari ekosistem. Inilah yang perlu dipertemukan pengetahuan-pengetahuan seperti ini. Agar berjalan maksimal, pihaknya akan menempatkan fasilitator disetiap kampung.
“Merekalah yang akan menjadi agem kami untuk mensosialisasikan, memberikan edukasi kepada masyarakat,”katanya.
Ia menekankan, pemetaan sosial harus dilakukan agar ada profil kampung yang lengkap dengan data yang up to date.
“Data inilah yang setiap tahun akan diperbaharui, dan hal ini juga sudah didiskusikan dengan Universitas Cenderawasih,”imbuhnya.
Selain pendekatan kebudayaan, lanjutnya, ekonomi juga salah satu yang didorong dalam program restorasi gambut ini.
“Kebijakan yang kami lihat sudah ada payung kebijakannya adalah Bundes, dan kami juga mendorang di setiap desa ada pembentukan Bundes dimana kami siap fasilitasi itu,”ucapnya.
Dia menambahkan, untuk Papua masih pada fase satu (awal) untuk betul-betul bisa menentukan lokasi-lokasi desa selanjutnya, tidak hanya di Merauke tetapi juga segera identifikasi di Kabupaten Mappi.
Sementara itu, Antropolog Papua, Enos Rumansara mengatakan, Papua memiliki kondisi dan kelakuan yang berbeda dengan provinsi lainnya di Indonesia, sehingga harus ada riset (penelitian).
“Kelakukan di selatan dan utara tentu berbeda begitu juga dengan pengunungan, tetapi di selatan ini yang kami lakukan lebih awal,”beber Enos.
Mungkin akhir bulan ini, ujar ia, akan riset tentang komoditi di lahan gambut, karena biasanya kalau ini dikembangkan sementara tidak ada lahan pasar maka sama saja omong kosong.
“Jadi saat ini semuanya masih dipersiapkan. Jadi ini masih terus berlanjut, jangan sampai nanti kita kembangkan itu tapi pasanya tidak ada,”tandasnya. (ing/rm)