JAYAPURA – Asisten Bidang Umum Sekda Papua, Elysa Auri, SE, MM mengungkapkan, tingkat partisipasi perempuan dalam berpolitik masih rendah dan bahkan perhatian perempuan di bidang politik baru muncul belakangan.
Dijelaskannya, sesuai fakta menunjukan sepuluh kali Pemilu digelar, keterwakilan perempuan dalam struktur kekuasaan maupun proses pengambilan keputusan serta perumusan kebijakan publik tetap masih rendah. Bahkan dalam Pilkada 2015 di seluruh Indonesia, hanya 17 persen tingkat keterwakilan perempuan sebagai kepala dan wakil kepala daerah.
“Tetapi hal ini cukup menggembirakan karena setidaknya mengalami peningkatan dibanding Pilkada sebelumnya. Dimana untuk Papua dari 29 kabupaten dan kota, terdapat beberapa perempuan yang mencalonkan diri,”terangnya.
Disebutkannya, keterwakilan perempuan di partai politik maupun lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif serta lembaga kultural belakangan ini cukup tinggi.
“Hal ini sejalan dengan terbukanya peta perpolitikan tanah air, yang selama ini diketahui minim bagi perempuan, bahkan seolah-olah “ditabuhkan” bagi kaum hawa,”katanya.
Menurutnya, potensi diri dan kapasitas leadership yang dimiliki perempuan merupakan kekayaan tersendiri dalam konteks sumber daya manusia. Meski begitu, perempuan yang terlibat di ranah publik dan politik tak bisa tiba-tiba, melainkan mesti melalui proses penempaan mental sosial dan intelektual dalam waktu memadai.
“Oleh karenanya, saya atas nama pemerintah daerah sangat menyambut baik kegiatan ini. Dengan harapan pada Pemilu Legislatif di 2019 mendatang, jumlah perempuan yang ikut terlibat dalam pesta demokrasi bisa meningkat. Termasuk juga dengan tingkat keterpilihannya,”pungkasnya. (ing/rm)