JAYAPURA (PT) – Penjabat Gubernur Papua, Soedarmo berharap pencanangan pengembangan pangan lokal Papua tidak hanya sekedar menjadi slogan untuk menyenangkan masyarakat.
Dikatakan, berkaitan dengan pencanangan membudayakan makanan lokal, khususnya makanan sagu dan kopi, Pj. Gubernur berharap tidak hanya sekedar slogan atau janji-janji untuk menyenangkan hati masyarakat.
Diakuinya, sudah waktunya mengangkat potensi lokal untuk dijadikan ikon daerah, sekaligus meningkatkan daya saing.
“Potensi lokal ini perlu kita kembangkan untuk meningkatkan perekonomian daerah, mendukung ketahanan pangan di Papua serta menjadikan sagu sebagai tanaman pangan pokok dan kedepan menjadikan sagu sebagai tanaman pangan nasional dan dunia,” ungkapnya pada Fokus Group Diskusi mewujudkan kedaulatan pangan melalui pengembangan sagu secara integrated hulu-hilir di Jayapura, Senin (4/6/2018).
Ia mengaku, dirinya merupakan salah penikmat kopi dan olahan pangan khas Papua berbahan sagu.
“Saya sudah merasakan beberapa jenis makanan olahan dari sagu. Rasanaya enak dan nikmat bahkan tidak kalah dengan rasa makanan olahan dari tepung lain selain sagu,” kata Soedarmo.
Menurutnya, sagu merupakan pangan yang sehat dan bisa berperan sebagai tanaman tersedia sepanjang masa karena tidak mudah terserang hama penyakit dan berperan penting memperbaiki lingkungan terutama mampu menyerap polusi udara serta menjaga konservasi tata air dan kesuburan tanah.
Disamping itu, sagu juga mampu menghasilkan karbohidrat berupa tepung pati yang cukup banyak.
Oleh karena itu, lanjut Soedarmo, beberapa negara saat ini sedang melirik sagu sebagai tanaman pangan menghadapi persoalan krisis pangan dimasa datang, yang diperkirakan akan terjadi pada 2030.
“Sebagai tindak lanjut pencanangan pembudayaan makanan lokal, khususnya makanan sagu, perlu dilakukan pengembangan terintegrasi dari hulu sampai dengan hilir,” ucap Soedarmo.
Supaya berjalan maksimal maka Pj. Gubernur menilai perlu dilakukan pembinaan kelompok tani dan masyarakat pemilik hak ulayat agar mereka bersedia mendukung pengembangan.
“Petani perlu dibekali dengan teknik pembibitan, penanaman, penjarangan, dan pemeliharaan serta cara panen yang baik, termasuk pendampingan dalam mamajemen lahan sagu,” ujarnya.
“Saya harap OPD dilingkungan Pemerintah Provinsi Papua berkoordinasi dengan OPD di kabupaten/kota agar pembinaan petani dan masyarakat adat dapat berjalan dengan baik,” sambungnya.
Disamping itu, kata Soedarmo, koperasi petani perlu dibentuk dalam rangka untuk menyediakan kebutuhan masyarakat sehari-hari, serta sebagai penampung hasil panen.
“Koperasi yang ada harus memberikan peranan kepada lembaga adat yang ada. Pihak swasta juga perlu kita libatkan untuk berperan dalam menampung hasil produksi sagu masyarakat, menyediakan sarana prasarana yang diperlukan untuk pengembangan sagu,” tandasnya. (ing/dm)