JAYAPURA (PT) – BPJS Kesehatan memperpanjang masa ujicoba rujukan online sampai dengan 15 Oktober mendatang. Langkah ini bertujuan untuk menyempurnakan implementasi sistem rujukan berbasis digital itu di fasilitas kesehatan agar manfaatnya lebih dirasakan oleh peserta Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).
Deputi Direksi BPJS Kesehatan Wilayah Papua dan Papua Barat, Anurman Huda mengatakan, salah satu tantangan terbesar dalam penyelenggaraan sistem rujukan online adalah bagaimana agar sistem ini memberikan kemudahan dan kepastian layanan bagi peserta yang memerlukan rujukan ke Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL).
“Dari evaluasi yang kami lakukan, sepanjang fase ujicoba penerapan rujukan online ini masih ada beberapa hal yang perlu disempurnakan, antara lain penetapan mapping fasilitas kesehatan, kesesuaian data kapasitas yang diisi oleh rumah sakit dan proses sosialisasi yang masih perlu terus dioptimalkan, baik kepada stakeholder maupun kepada peserta JKN-KIS,” katanya.
Menurutnya, anggapan bahwa sistem ini berdampak pada berkurangnya jumlah rujukan ke rumah sakit kelas B maupun A secara signifikan kurang tepat.
“Faktanya, dari data yang ada, memang terjadi pergeseran distribusi pelayanan antar kelas rumah sakit, namun jumlahnya tidak terlalu besar, hanya berkisar antara 3 sampai 4 persen saja,” terangnya.
Sistem rujukan online juga tidak menutup kesempatan bagi peserta JKN-KIS untuk mendapatkan pelayanan di rumah sakit tujuan rujukan kelas B dan kelas A selama sesuai dengan kebutuhan medisnya.
Adapun rujukan kasus-kasus tertentu yang kompetensinya hanya dimiliki oleh rumah sakit kelas B, bisa langsung dirujuk dari FKTP ke rumah sakit kelas B. Dan juga untuk pasien JKN-KIS dengan kasus-kasus rujukan dengan kondisi khusus antara lain gagal ginjal (Hemodialisa), hemofilia, thalasemia, kemoterapi, radioterapi, jiwa, kusta, TB-MDR, HIV-ODHA dapat langsung mengunjungi rumah sakit kelas manapun berdasarkan riwayat pelayanan sebelumnya selama ini.
“Hal lain yang kami jaga dalam implementasi sistem rujukan online ini adalah bagaimana memastikan peserta JKN-KIS dapat tetap dilayani sesuai dengan kebutuhan medisnya, sehingga tidak mengurangi mutu pelayanan yang diberikan,” tegas Anurman
Agar sistem rujukan online bisa diterima oleh semua pihak dan berjalan sesuai harapan, katanya, saat ini BPJS Kesehatan terus mengintensifkan sosialisasi melalui berbagai kanal informasi dan juga berupaya meningkatkan pemahaman baik kepada stakeholder, peserta JKN-KIS, dan fasilitas kesehatan mitra.
Sampai dengan 28 September 2018, terdapat 202.329.745 penduduk Indonesia yang telah terdaftar sebagai peserta JKN-KIS.
Untuk memberikan layanan kepada para peserta JKN-KIS tersebut, BPJS Kesehatan telah bekerja sama dengan 22.634 Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), 2.441 rumah sakit (termasuk di dalamnya klinik utama), 1.551 Apotek dan 1.093 Optik yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. (nan/rm)