JAYAPURA (PT) – ̴̴ Kekurangan tenaga pengajar dirasakan sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar di pedalaman. Tenaga pengajar atau guru merupakan komponen terpenting yang harus ada di dalam proses belajar-mengajar di sekolah selain siswa itu sendiri.
Tidak jarang saat siswa sudah semangat datang ke sekolah, mereka harus kecewa karena tidak ada guru yang datang.
Perbandingan guru antara pedalaman dengan perkotaan memang sangat jauh berbeda, kalau di perkotaan kelebihan tenaga guru, di pedalaman tenaga guru masih sangat kurang.
Hal inilah membuat Bintara Pembina Desa (Babinsa ) Kampung Wenin Koramil 1710-06/Agimuga Serda Ruslan berusaha mengajar kepada siswa SD Inpres yang sudah bersemangat untuk datang belajar di sekolah, namun setibanya di dalam kelas, tidak ada guru yang datang untuk mengajar.
Melihat hal itu, saat melintas di depan SD Inpres Distrik Jita , Serda Ruslan berkoordinasi dengan guru untuk membantu memberikan pelajaran terhadap siswa-siswi yang tidak ada gurunya di SD Inpres Kampung Wenin, Distrik Jita, Kabupaten Mimika, Senin (15/10).
Serda Ruslan mengatakan, kegiatan ini sebagai salah satu pembinaan teritorial dari satuan Komando Kewilayahan kepada warga masyarakat yang berada di desa terpencil, dengan dibekali buku petunjuk dari guru lainnya.
Serda Ruslan memberikan materi pelajaran sesuai dengan buku petunjuk yang diberikan agar tidak keluar jalur dari materi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa-siswi SD Inpres Senggi.
Menurut Babinsa Kampung Wenin itu, bahwa keadaan siswa-siswi di sekolah pedalaman sangat jauh berbeda dengan siswa-siswi di perkotaan.
“Ini adalah potret umum siswa-siswi di pedalaman yang memang sangat memprihatinkan,” ungkapnya.
Dikatakan, mereka umumnya hanya mempunyai satu atau dua buku tulis dengan satu pensil atau pulpen yang disimpan dalam tas kresek, mereka tidak memakai sepatu, tetapi bersandal jepit atau malah kadang bertelanjang kaki.
“Seragam pun tidak setiap hari bisa dipakai oleh semua siswa-siswi yang datang ke sekolah. Walaupun demikian semangat mereka untuk menimba ilmu di bangku sekolah tak kalah besar jika dibandingkan dengan para pelajar yang ada di kota,” ujarnya.
Kehadiran Serda Ruslan disambut gembira oleh murid-murid SD Inpres itu. Kampung Wenin yang jaraknya sekitar 7 kilometer dari Distrik Jita sebetulnya tidaklah jauh, namun karena medan jalan yang agak sulit membuat desa ini jarang tersentuh. “Sebagai seorang Babinsa, saya merasa terpanggil untuk berbagi ilmu kepada para siswa di sekolah tersebut,”ujarnya.
Guru-guru disini sebenarnya tidaklah kurang, tapi karena kurangnya kesadaran dari oknum individu guru itu, maka mereka jarang masuk ke pedalaman dengan berbagai alasan.
“Saya sebagai seorang Babinsa wajib mengunjungi sekolah, serta berkomunikasi sosial kepada masyarakat untuk mengetahui keluhan yang di rasakan warga Binaan saya,” imbuhnya. (jul/rm)