JAYAPURA (PT) – Manager Bagian Engineering PT PLN Wilayah Papua dan Papua Barat, Supriadi Pranoto mengatakan, Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Yarmoch yang berlokasi di Jalan Koti, Kota Jayapura telah dinonaktifkan beberapa waktu lalu, menyusul tidak digunakannya lagi mesin sewa yang ada di dalam pembangkit itu.
Supriadi menjelaskan, PLTD Yarmoch memiliki 2 unit mesin milik PLN, selain mesin sewa yang telah beroperasi sejak tahun 1976 sampai sekarang yang telah diposisikan off, namun jika kondisi darurat akan siap beroperasi kembali.
“Di dalam PLTD Yarmoch ada juga mesin sewa sebanyak 7 unit tidak diperpanjang lagi kontraknya, karena direncanakan akan dinonaktifkan. Kebetulan ada penambahan lagi di Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) piker 40 MW, jika sudah beroperasi, dipastikan PLTD Yarmoch akan off,“ jelas Supriadi, Rabu (28/11).
Kendati off, kata Supriadi, pihaknya tetap menempatkan personil di PLTD Yarmoch sebagai operator, lantaran banyak penyulang atau jalur yang digunakan untuk melayani masyarakat.
“Namanya unit pembangkit, untuk pemeliharaannya semua tergantung jumlah jam operasinya, tapi operator yang ada tetap kita maksimalkan untuk mengantisipasi full off. Kami pertimbangkan kembali bisa saja kami pindahkan ke unit lain, sebab PLTD Yarmoch satu manajemen dengan PLTD Waena,“ imbuhnya.
Dalam posisi off dengan 2 mesin pembangkit di dalamnya daya mampu 2600 kilowatt. Sebelumnya daya mampu 7.000 kilowatt termasuk PLTD Waena.
Secara operasional, PLTD Yarmoch berada di tengah Kota Jayapura, kendati tidak lagi menggunakan mesin sewa, namun pihaknya memastikan keandalan suplai listrik ke masyarakat tak terganggu.
Supriadi menjelaskan, PLTD Yarmoch telah beroperasi selama 43 tahun lalu, tetapi baru saat ini dinonaktifkan dan manajemen PLN Wilayah Papua dan Papua Barat saat ini sedang memaksimalkan kondisi penyaluran kapasitas 150 kV dari Holtekamp melalui jalur Skyland.
“Supaya suplai dari Holtekamp bisa dikirim ke Jayapura. Jadi proses pemenuhan pembangkit tidak bisa langsung ada, perlu kesiapan biaya dan kebijakan manajemen sebab tak sedikit investasi yang dibutuhkan,“ imbuh Supriadi. (ria/rm)