JAYAPURA (PT) – Kepala Seksi Imunisasi Dinas Kesehatan Provinsi Papua, Togu Sihombing mengatakan, Indonesia sudah Eradikasi Polio sejak Tahun 2014, yaitu Polio sudah tidak boleh ada di indonesia. Namun, ternyata di Kabupaten Yahukimo ditemukan kasus satu anak usia 4 tahun diketahui positif Polio pada Januari 2019.
“Jadi, satu kasus ini, dari Dinkes sudah melakukan tindakan, dari Kementrian Kesehatan sudah laksanakan Tindak Reaksi Cepat (TRC) yakni pertama, kedua dan ketiga. Setelah mendapat laporan dari Rumah Sakit Dekai dan Dinkes melakukan surveillance epidemologi pengambilan 10 sampel terhadap anak-anak di sekitaran tempat ia tinggal,” kata Togu Sihombing pada acara Sosialisasi Rencana Pelaksanaan Sub Pekan Imunisasi Nasional di Provinsi Papua, Senin (11/3).
Togu mengatakan, berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium memang anak itu positif Polio, sehingga akan dilakukan imunisasi massal dari usia 0 sampai 15 tahun di Papua dan Papua Barat.
“Kenapa Papua Barat juga akan dilakukan, karena setiap orang pasti akan datang dari Yahukimo ada yang ke Jayapura dan juga Ke Papua Barat. Jadi, untuk menjaga penularan virus. Nantinya akan dilakukan imusisasi massal tahap pertama pada 18 Maret 2019 dan tahap kedua bulan April 2019,” katanya.
Togu menjelaskan, imunisasi massal itu menargetkan 95 persen dari jumlah sasaran bayi dari 0 sampai 15 tahun sebanyak 1.009.357 anak.
Diakui, kesulitan yang dialami dalam imunisasi adalah penolakan masyarakat, terkait dengan isu genoside, sehingga pihaknya akan bersinergi dengan tokoh agama, tokoh masyarakat dan organisasi agar masyarakat paham betapa pentingnya vaksin Polio kepada anak.
Selain itu, lanjutnya, seharusnya Indonesia telah bebas dari Polio, di suatu kabupaten imuniasinya harus dasar lengkap, sehingga setiap anak-anak harus diberikan kekebalan tubuh, dari Heptitis B dan Polio.
“Ini harus lengkap dan jika imunisasi ini tidak diberikan, berarti sistem kekebalan tubuh tidak ada, maka akan terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB). Jadi, cakupan imunasi buruk dan kurang dari 95 persen, hanya mencapai 30 persen,” imbuhnya. (ai/rm)