JAYAPURA (PT) – Prestasi Atlet ada ditangan Pelatih. Seorang pelatih jika ingin atletnya juara harus punya strategi. Tanpa strategi jangan berharap atlet yang ditangani bisa juara.
Selain itu, seorang pelatih harus memiliki mimpi dan tujuan yang hebat untuk melahirkan seorang atlet jadi juara.
“Jadi, jangan pernah menyalahkan atletnya jika tidak bisa berprestasi. Salahkanlah diri sendiri karena tidak mampu melahirkan atlet juara,” kata Paulus L Pesurnay, pemateri dari pusat pada acara Training Of Trainers (TOT) dengan Tema Pelatih Unggul, atlet Juara di Hotel Sahid, Rabu (20/3).
Turut hadir Kasdam XVII/ Cenderawasih, Brigjen TNI. Irham Waroihan juga sebagai ketua Pusatlaprov PON XX Tahun 2020, Pengurus KONI Papua, masing-masing pelatih cabor terukur.
“Saya minta semua pelatih secara serius dapat mengikuti pelatihan. Karena TOT ini sangat penting untuk diikuti pelatih dalam menyiapkan atlet juara di PON XX Tahun 2020,” kata Irham.
Paulus Pesurney menjelaskan, seorang atlet jika ingin latihan bukan harus di lapangan yang bagus.
Seorang atlet jika memang betul-betul ingin berprestasi kapan dan dimana saja bisa latihan fisik.
“Saya sudah usia 78 tahun. Sebagai mantan atlet nasional sampai sekarang saya secara rutin tiap pagi melakukan olahraga ringan. Usia 78 tahun bukan menjadi alasan buat saya untuk tidak olahraga,” kata Paulus yang mengaku menjadi atlet Nasional tahun 1967.
Paulus yang sengaja didatangkan oleh KONI Papua memberikan materi tentang Kemampuan Gerak Dasar Manusia. Menurutnya, seorang pelatih harus punya mimpi dan tujuan untuk melahirkan seorang atlet berprestasi. Seorang pelatih harus punya mimpi atlet harus juara dunia.
“Tanpa mimpi dan motivasi ini jangan pernah berharap seorang pelatih bisa melahirkan atlet juara. motifasi disertai latihan rutin akan melahirkan atlet juara,” tandasnya.
Kelemahan pelatih Indonesia, menurut dia, terletak pada daya tahan dan kekuatan.
Biasanya atlet Indonesia misalnya saat pertandingan bulutangkis.
Set pertama Indonesia menang. Set ke dua kalah. Set ketiga minta doa, karena apa fisik atlet Indonesia tidak kuat.
“Kelemahan pelatih Indonesia pada persepsi yang salah. Pelatih Indonesia menginginkan atletnya cepat-cepat menang. Padahal fisik memiliki keterbatasan. Kecepatan hanya 10 persen. Tingkat daya tahan tubuh dikesampingkan, sehingga jangan salah bila daya tahan fisik atlet Indonesia cepat menurun alias tidak kuat,” paparnya.
Paulus menambahkan, untuk menjadikan seorang atlet jadi juara ada 10 prinsip latihan diantaranya, ada harus hubungan yang optimal antara pembebanan dan pemulihan prinsip super kompensasi.
Pembebanan yang progresif, pembinaan jangka panjang, pembinaan dengan periodesasi dan hubungan optimal fisik, tehnik kecabangan olahraga, taktik cabang olahraga dan peningkatan intelektual termasuk di dalamnya pembinaan psykologi terutama kemauan keras.
Selain itu, hubungan antara pembinaan yang khusus dan bertambahnya latihan-latihan spesialis (cabor), latihan yang bervariasi baik isi, metode termasuk pula norma-norma beban latihan, individualitas, pengukuran pengembangan atau peningkatan prestasi dan pengulangan. (lam/rm)