JAYAPURA (PT) – Gubernur Papua Lukas Enembe, SIP, MH menyesalkan berbagai ungkapan rasial yang dilontarkan saat menggeruduk Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya yang bertepatan dengan suasana Peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-74, Sabtu, 17 Agustus 2019
“Kami bukan bangsa monyet. Kami manusia Papua yang punya harga diri dan martabat, sama dengan bangsa-bangsa lainnya,” tegas Gubernur Enembe didampingi Sekretaris Daerah Papua, TEA Hery Dosinaen, Asisten I Bidang Pemerintahan Sekda Papua, Doren Wakerkwa, SH, Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Papua, Tomi Israil Ilolu, Inspektur Papua Anggiat Situmorang dan Kepala Biro Hukum Setda Provinsi Papua Derek Hegur di Gedung Negara, Minggu, 18 Agustus 2019.
Untuk menangani insiden yang di Kota Surabaya, Semarang, dan Malang yang melibatkan Mahasiswa asal Papua itu, Gubernur Enembe mengatakan, jika Pemprov Papua segera mengirim tim pada tiga daerah itu.
Tim tersebut akan melibatkan berbagai pemangku kepentingan di Papua seperti Kodam XVII Cenderawasih, Kepolisian Daerah Papua, Dewan Perwakilan Rakyat Papua, Majelis Rakyat Papua, pemerintah dan jurnalis.
“Tim itu dalam waktu dekat, akan kami berangkatkan untuk selesaikan masalah di Surabaya dan Semarang,” kata Gubernur Enembe.
Pada kesempatan itu, Gubernur Enembe menyampaikan lima sikap tegas, pertama, Pemerintah Provinsi Papua menyatakan empati dan prihatin atas insiden yang terjadi di Kota Surabaya, Semarang dan Malang yang berakibat adanya penangkapan dan atau pengosongan Asrama Mahasiswa Papua di Kota Surabaya oleh aparat keamanan.
Pemerintah Provinsi Papua menghargai upaya hukum yang dilakukan oleh aparat keamanan sepanjang dilakukan secara profesional, proporsional dan berkeadilan.
“Aparat keamanan diharapkan untuk tidak melakukan pembiaran atas tindakan persekusi dan atau main hakim sendiri oleh kelompok atau individu, yang dapat melukai hati masyarakat Papua,” katanya.
Selain itu, Gubernur Enembe minta untuk menghindari adanya tindakan-tindakan yang mengganggu, represif yang dapat menimbulkan korban jiwa, kegaduhan politik, dan rasa nasionalisme sesama anak bangsa.
Kedua, kata Gubernur Enembe, Provinsi Papua merupakan wilayah RI yang dikenal sebagai miniatur Indonesia sesungguhnya yang berBhineka Tunggal Ika.
Penduduk Provinsi Papua beragam, multietnis multiagama, multibudaya, yang hidup secara berdampingan.
“Masyarakat Asli Papua menyambut baik dan memperlakukan masyarakat non Papua secara terhormat dan sejajar. Oleh karenanya, kami berharap kehadiran masyarakat Papua di berbagai wilayah Provinsi Papua di Indonesia harus juga diperlakukan sama. Hal ini merupakan komitmen kita bersama sebagai anak bangsa untuk mewujudkan Indonesia yang damai, berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi, dan beretika secara budaya,” tegasnya.
Ketiga, Pemerintah Provinsi Papua menyampaikan kepada seluruh masyarakat Papua yang berada di Provinsi Papua maupun di seluruh wilayah Indonesia untuk merespon insiden Surabaya, Semarang dan Malang itu secara wajar tanpa adanya tindakan-tindakan yang bertentangan dengan norma-norma adat, budaya, maupun peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Keempat, Gubernur Enembe meminta kepada masyarakat Non Papua di seluruh wilayah Indonesia, agar tetap menjaga harmoni kehidupan dan tidak melakukan hal-hal atau tindakan-tindakan inkonstitusional, seperti persekusi, main hakim sendiri, memaksakan kehendak, bertindak rasis dan diskriminatif, intoleran dan lain-lain yang dapat melukai hati masyarakat Papua serta mengganggu harmoni kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Kita sudah 74 tahun merdeka. Seharusnya tindakan-tindakan intoleran, rasis dan diskriminatif tidak boleh terjadi di negara Pancasila yang kita junjung bersama,” tandasnya.
Kelima, selaku Gubernur Papua, Lukas Enembe mengajak para Gubernur, Bupati, dan Wali Kota di seluruh Indonesia untuk ikut melakukan pembinaan terhadap pelajar atau mahasiswa Papua di wilayah masing-masing sebagaimana pihaknya juga bertangggung jawab untuk melakukan pembinaan kepada pelajar, mahasiswa, masyarakat Papua yang berasal dari luar Papua.
“Hal ini merupakan upaya kita bersama untuk mencegah adanya insiden serupa di masa yang akan datang, sekaligus dalam rangka merajut rasa nasionalisme, persatuan, dan kebersamaan sebagai sesama anak bangsa,” imbuhnya. (ing/rm)