JAYAPURA (PT) – Usulan pembangunan Istana Presiden di Papua oleh 61 orang tokoh masyarakat adat, agama dan pemuda Papua yang diundang Presiden Joko Widodo ke Istana, di Jakarta, Selasa, 10 September 2019, mendapat tanggapan tajam dari Gubernur Papua, Lukas Enembe.
Sebagai kepala pemerintah Provinsi Papua, Lukas Enembe dengan tegas menilai pembangunan Istana Kepresidenan di Papua bukan solusi untuk menyelesaikan kasus rasisme dan segudang persoalan di Papua.
“Masalah Papua tak bisa selesai dengan cara itu, tetapi harus dibicarakan sampai akar persoalan. Saya pikir solusi sudah saya sampaikan kepada Presiden Joko Widodo, tetapi kalau dengar dari luar lagi terserah,” beber Gubernur Enembe usai coffee morning dengan Kapolda Papua Irjen Pol. Rudolf Alberth Rodja dan Pangdam XVII Cenderawasih, Mayjen TNI. Yosua Pandit Sembiring di Mapolda Papua, Rabu, (11/9).
Gubernur Enembe menegaskan, pihaknya sama sekali tidak mengetahui pertemuan 61 tokoh Papua di Istana Kepresidenan Jakarta.
Ia menganggap pertemuan para tokoh tersebut di Istana adalah kepentingan pribadi.
“Itu dari kelompok berbeda, bukan dari aspirasi masyarakat atau pemerintah. Kami tidak tahu, Papua bukan satu suku, ada 300 lebih suku, tidak bisa orang tertentu yang berangkat tanpa pemberitahuan dari Pemerintah Papua,” jelasnya.
Gubernur Enembe mengaku tidak mengetahui isi pembicaraan dari 61 tokoh masyarakat Papua dan Presiden di Istana Jakarta.
Namun, ia menegaskan bahwa menyelesaikan persoalan di Papua bukan dengan cara sendiri-sendiri maupun berkelompok, sebab akan menambah beban masalah di kemudian hari.
“Tidak bisa dengan cara seperti itu. Kalau minta jabatan, minta asrama dibangun, minta pemekaran provinsi itu orang Papua akan mati terus, dan bukan solusi,” tegasnya lagi.
Sebelunya, Abisai Rollo salah satu tokoh Papua dalam pertemuan di Istana Kepresidenan, Selasa, 10 September 2019 meminta Presiden Joko Widodo membangun Istana Presiden di Papua.
Bahkan, Abisai mewakili para tokoh Papua bersedia menyumbangkan lahan seluar 10 hektare untuk lokasi istana itu.
Menurut Abisai Rollo, lokasi istana berada di wilayah Distrik Muara Tami yang berdekatan langsung dengan pusat Kota Jayapura, dengan jarak tempuh sekitar 20 menit lewat jalan Hamadi melintasi Jembatan Holtekamp. (mt/rm)