JAYAPURA (PT) – Setelah tim dokter dari Singapura tiba di Jayapura, selanjutnya Gubernur Papua, Lukas Enembe langsung menjalani sejumlah pemeriksaan kesehatan seperti anamnesa, pemeriksaan fisik, foto torax, pemeriksaan organ dalam, pemeriksaan pembulu darah dan pemeriksaan elektrokardiogram atau EKG untuk mengevaluasi kesehatan dan detak jantung.
Pemeriksaan kesehatan Gubernur Lukas Enembe berlangsung selama lima jam di kediamannya di Koya Tengah, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Selasa (12/10).
Dokter Gubernur Papua, dr. Anton T Mote mengatakan, tim dokter dari Singapura melakukan serangkaian pemeriksaan kesehatan yang berlangsung cukup lama. “Pemeriksaan dilakukan mulai jam setengah sebelas hingga jam tiga sore lewat. Semua pemeriksaan dirumah Koya mulai dari pemeriksaan anamnesa kemudian pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan foto torax, pemeriksaan organ dalam menggunakan USG dan pemeriksaan pembuluh darah dan pemeriksaan EKG,” terang dr. Anton Mote kepada wartawan saat menggelar jumpa pers, Rabu (12/10) di RSUD Jayapura.
Dijelaskannya, dari hasil diagnosa dokter, hasilnya gula darah Gubernur Enembe tidak stabil sehingga dilakukan terapi. Kemudian kondisi kesehatan jantung juga masih bermasalah sehingga dilakukan penanganan khusus termasuk terapi khusus jantung.
“Dari pemeriksaan hasil darah, memang naik sehingga dilakukan terapi gula darah. Kemudian pemeriksaan jantung, dokter juga sudah langsung melakukan terapi,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa selain masalah darah dan jantung, Gubernur Enembe juga mengalami masalah di pita suara dan ektremitas. Sehingga dokter menganjurkan agar Gubernur Enembe menjalani pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau pemeriksaan organ tubuh yang dilakukan dengan menggunakan teknologi magnet dan gelombang radio.
Pemeriksaan ini dilakukan, lanjutnya untuk mendapatkan hasil gambar organ, tulang dan jaringan di dalam tubuh secara rinci dan mendalam.
“Ada kelemahan ektremitas gerak dan dianjurkan melakukan MRI yang direncanakan kemarin malam (Selasa malam), namun tidak bisa dilaksanakan karena harus diputuskan pasien dan keluarga, sebab dilakukan di RSUD Jayapura sehingga kita menunggu keputusan keluarga,” bebernya.
Selain itu, terdapat masalah lainnya yakni gangguan saraf, sehingga pihaknya telah berkoodinasi dengan dokter untuk melibatkan dokter spesialis saraf guna pemeriksaan lanjutan.
Menurutnya, hal itu dilakukan mengingat pengalaman Gubernur Enembe menjalani pengobatan saat mengalami stroke, maka Gubernur tetap meminta agar dirinya mendapat perawatan dari tim dokter Singapura.
“Pengalaman beliau, menjalani pengobatan baik di Indonesia dan Singapura, pak Gubernur merasa tertolong saat menjalani pengobatan di Singapura. Untuk masalah stroke tertolongnya di Singapura, sehingga mengenai dokter, bapak Gubernur tetap memilih tim dokter Singapura,” tandas Anton Mote.
Editor : Tim