JAYAPURA (PT) – Badan Karantina Indonesia (Barantin) menyelenggarakan rapat koordinasi lintas sektor untuk membahas pencegahan, pengendalian dan penanganan kejadian African Swine Fever (ASF) diseluruh pulau Papua. Rapat dipimpin Kepala Badan Karantina Indonesia, Sahat Manaor Panggabean. Turut hadir dalam pertemuan itu, Pj Gubernur Papua, Ramses Limbong, Kepala Dinas Peternakan Papua, Kepala PLBN SKouw, Mathilda Pusung, Lembaga dan kementerian terkait di wilayah Se-Papua.
Kepala Kabarantin, Sahat Panggabean meminta semua pihak untuk respon terhapda ancaman penyebaran deman babi afrika atau African Swine Fever (ASF) yang saat ini sudah menyebar di beberapa kabupaten/kota di pulau Papua. Ia mengatakan, virus tersebut dapat bertahan beberapa bulan di kandang, 140 hari di produk olahan, dan 18 bulan di karkas. Juga dapat menyebar terbawa oleh manusia yang berasal dari kandang yang terjangkit positif ASF. Namun, virus tersebut tidak bersifat zoonosis.
Panggabean mengatakan, peran Barantin dan semua stakeholder sangat diperlukan untuk memperketat pengawasan orang, lalu lintas ternak, serta alat angkut di tempat pemasukan dan pengeluaran yang telah ditetapkan. “Tentunya peran masyarakat juga sangat penting untuk menekan penyebaran ASF ini. Misalnya tidak membuang bangkai babi yang positif ASF ke danau atau sungai. Hal demikian dapat turut menyebarkan. Jadi harus dibakar dalam insinerator,” harapnya.
Sementara itu, Pj. Gubernur Papua, Ramses Limbong berhadap rapat Koordinasi ini dapat memperkuat kerjasama dan sinergitas antar pemerintah pusat, daerah dan seluruh pemangku kepentingan termasuk peternak, masyarakat serta pelaku usaha yang bergerak di sektor peternakan babi. Dikatakannya, dampak dari ASF bukan hanya pada sektor kesehatan hewan dan peternakan itu sendiri, tetapi juga pada ekonomi masyarakat, ketahanan pangan, kesejahteraan peternak bahkan stabilitas keamanan.
“Banyak masyarakat kita yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini, baik yang secara langsung terlibat dalam pemeliharaan ternak babi maupun yang terlibat dalam rantai pasokannya. saya harap melalui rapat koordinasi ini, kita dapat bersama-sama menyusun langkah-langkah strategi yang dapat dilaksanakan secara efektif untuk mencegah penyebaran wabah ini agar tidak meluas lebih jauh lagi. sinergi yang baik dari semua pihak akan sangat menentukan keberhasilan kita dalam menangani ASF ini,” imbuhnya.
Gubernur Limbong mengimbau kepada Pemda Kabupaten/Kota, masyarakat juga berperan dalam pencegahan dan pengendalian ASF. Ia menekankan bahwa pemda harus bekerja sama dengan Barantin dalam pengawasan barang bawaan penumpang dan berbagi informasi terkait produk babi yang masuk ke wilayah Papua.
“Saya juga imbau kepada masyarakat dan para peternak babi untuk segera melapor kepada petugas kesehatan jika mendapati hewan ternaknya sakit. Hal ini guna mencegah penularan virus demam babi Afrika yang sedang marak terjadi beberapa kabupaten di Papua,” pungkasnya. (Dian)