TIMIKA (PT) – Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Papua menggelar diseminasi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua di Timika, Jumat (21/9).
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Papua, Joko Supratikto mengatakan, pertumbuhan ekonomi Papua sangat bergantung dari tambang sekitar 40 sampai 47 persen, sehingga jika tambang mengalami masalah produksi pasti pertumbuhan ekonomi juga mengalami penurunan.
Oleh karena itu, Bank Indonesia mendorong pemerintah daerah untuk mengembangkan sektor-sektor di luar tambang terutama di sektor pertanian.
“Kenapa kami mendorong pemda untuk secara khusus melakukan pembinaan di sektor non tambang, karena 70 persen tenaga kerja Papua berada di sektor non tambang. Oleh karena itu, di sektor itulah yang perlu dikembangkan,” ujar Joko Supratikto.
Joko menyampaikan, jika tambang mengalami penurunan sektor non tambang, diharapkan mengalami kenaikan terutama pertanian walaupun ada sektor-sektor lain seperti perdagangan konstruksi dan lain-lain.
Apalagi, masyarakat sampai tingkat yang paling bawah adalah sektor pertanian di dalamnya termasuk perikanan itulah yang diupayakan lebih keras oleh pemerintah daerah.
“Jika sektor-sektor itu tidak dilakukan pendampingan secara khusus oleh pemerintah maka akan sulit untuk maju,” ujarnya.
Beda halnya dengan tambang bila pemerintah tidak melakukan apapun tetapi sudah ada yang coba untuk menggerakkan sektor itu.
Dikatakan, tahun 2019 adalah fase dimana produksi PT Freeport Indonesia betul-betul produksi yang sangat minim tidak bisa maksimal sehingga diproyeksikan bahwa itu akan menurunkan pertumbuhan ekonomi di Papua.
“Kemungkinan minus sekitar 10 persen, tapi dengan catatan bahwa sektor non tambang, tetap positif antara sekitar 5 sampai 6 persen, karena proyeksi itulah kami berusaha sekeras mungkin untuk mengembangkan sektor di luar pertambangan,” ucapnya.
Joko Supratikto menambahkan, secara umum pelemahan nilai tukar rupiah tidak terlalu berpengaruh terhadap ekonomi yang ada di Papua jadi tidak perlu terlalu di khawatirkan. Akan tetapi masyarakat harus tetap membantu.
“Kalau misalnya ada yang mempunyai simpanan dalam bentuk dollar sebaiknya di jual saja dan juga mengurangi konsumsi barang-barang import seperti handphone baru, mobil baru,” tutup Joko. (nan/rm)