JAYAPURA – Gubernur Papua, Lukas Enembe, SIP, MH dan Wakil Gubernur Papua, Klemen Tinal, SE, MM atau yang dikenal dengan (LUKMEN)berhasil mencatatkan sejarah presitius dengan mengangkat derajat kesehatan Orang Asli Papua (OAP).
Hal ini merujuk pada capaian program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Papua dari sejak tahun 2013.
Bahkan sejak drg. Aloysius Giyai, M.Kes yang dipercaya Gubernur Papua, Lukas Enembe, SIP, MH menjadi Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua.
Kinerja Positif “LUKMEN” bidang Kesehatan dari tahun 2013-2017 diantaranya Angka Kematian Ibu (AKI) yang menurun dari angka 575 per 100 ribu kelahiran hidup menjadi menjadi 380 per 100 ribu kelahiran hidup.
Kemudian untuk Angka Kematian balita (AKB) mengalami penurunan dari angka 54 per 1000 kelahiran hidup menjadi 13 per 1000 kelahiran hidup.
“Masih perlu kerja keras dalam meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pemeriksaan kehamilan sebanyak 4 kali (K4). Gizi buruk juga mengalami penurunan dari 21,6 persen menjadi 7,7 persen dan cakupan imunisasi meningkat dari 57,5 persen menjadi 67 persen,”ungkap Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua, drg. Aloysius Giyai, M.Kes
Dikatakan, Pemprov Papua di era kepemimpinan “LUKMEN” mampu memberikan jaminan kesehatan orang asli Papua (OAP) misalnya pelayanan rujukan meningkat dari 80 persen menjadi 100 persen.
”Tahun 2016 ada 10 kabupaten yang memperoleh piagam penghargaan imunisasi dasar lengkap dari Kementerian Kesehatan dan Kabupaten Jayapura sukses dalam pemberian obat pencegahan massal 5 tahun menuju bebas Filariasis 2020,”katanya.
Menurutnya, capaian berikutnya adalah peningkatan pasien baru Tuberculosis (TB)yang diobati meningkat mulai dari 48 persen menjadi 100 persen.
Angka inseden malaria menurun dari 70 per 1000 menjadi 34 per 1000 dan cakupan temuan BTA positif menurun dari 2778 kasus menjadi 2050 kasus.
Selain itu, jumlah kasus Human Immuno Deficiency Virus (HIV) yang mengikuti Voluntary Counseling Test (VCT) mengalami peningkatan dari 3.713 kasus menjadi 4.155 kasus.
”Diperlukan upaya keras untuk meningkatkan cakupan pemberian obat ARV (Anti Retroviral-red). Selain itu, ditemukan kasus HIV sebanyak 26.973 (data Dinkes Papua per 31 Desember tahun 2016). Sedangkan untuk kasus positif malaria berdasarkan pemeriksaan laboratorium menurun dari 442.248 kasus menjadi 294.644 kasus,”sebutnya.
Untuk kasus postif malaria yang mendapat obat ACT juga menurun dari 142.306 kasus menjadi 100.410 kasus.
Kadinkes Aloysius menjelaskan, di era kepemimpinan LUKMEN maka Pemprov Papua telah berhasil memberikan pelayanan kesehatan kepada orang asli Papua (OAP) melalui program Kartu Papua Sehat (KPS) yang mana setiap orang asli Papua bisa mengakses pelayanan kesehatan secara gratis.
“Untuk KPA anggarannya mencapai Rp.300 milliar per tahun. KPS ini dimanfaatkan bagi layanan rujukan di seluruh rumah sakit milik pemerintah provinsi, kabupaten/kota, rumah sakit rujukan nasional terpilih, rumah sakit mitra, balai kesehatan milik gereja/LSM, rumah sakit regional wilayah adat dan lembaga penerbangan keagamaan,”bebernya.
Kadinkes Giay memastikan bahwa pihaknya telah mendistribusikan KPS ke 29 kabupaten/kota sebanyak 1.174.907 kartu. Dan jumlah OAP yang mendapat layanan KPS di tahun 2015-2016 sebanyak 2.070.392 orang.
Dengan mengusung misi menjangkau yang tidak terjangkau dan melayani yang tidak terlayani maka sejak tahun 2015, Pemprov Papua melalui Dinas Kesehatan Provinsi Papua telah menempatkan Satuan Tugas Kaki Telanjang (Satgas Kijang) yang telah ditempatkan 256 petugas dari 8 profesi kesehatan di seluruh kabupaten pegunungan/dataran tinggi pada 38 titik terpencil yang terisolir.
“Khusus untuk Satgas Kaki Telanjang ini merupakan keberhasilan pak Gubernur Lukas Enembe yang berhasil memberikan dampak positif bagi masyarakat Papua, yang berada di daerah terisolir yang belum pernah terjangkau sebelumnya,”ucapnya.
Ditambahkannya, Satgas Kaki Telanjang ini benar-benar melayani masyarakat di daerah terpencil dan mendapat perhatian dari masyarakat terutama tokoh masyarakat dan tokoh agama.
”Ada pendeta yang menyurat kami untuk meminta tenaga Satgas Kaki Telanjang yang ditempatkan di daerah mereka tidak boleh ditarik. Karena mereka telah mampu melayani masyarakat dengan baik,”imbuhnya lagi.
Lebih jauh diungkapkannya, program strategis dari Gubernur Papua yakni program 1000 hari kehidupan telah berjalan dengan baik. Bahan mendapat apresiasi dari masyarakat di Distrik Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya maupun masyarakat Tolikara.
“Ketika kita melakukan pertemuan dengan masyarakat di Puskesmas Tingginambut dan masyarakat secara polos serta spontan mengucapkan terima kasih kepada pak Gubernur Papua, pak Lukas Enembe dan jajaran karena dalam kurang waktu 2 tahun terakhir ini semua program kesehatan telah menyentuh masyarakat di daerah pegunungan khususnya di Tingginambut,”tambahnya.
Aloyius menyebutkan bahwa program seribu hari kehidupan yang menjadi program unggulan dari program Gerbangmas Hasrat Papua yang telah menorehkan hasil.
”Sebelum ada program ini kan bayi yang dilahirkan kan berat badan rata-rata mencapai 1-2 kg. Bahkan ada yang meninggal namun dengan program Gerbangmas maka anak-anak yang dilahirkan bisa memiliki berat badan 2,8-3,9 kg dan tidak ada yang sakit. Ini program Gubernur Lukas Enembe yang menuai apresiasi dari masyarakat bahkan mereka mengharapkan program ini dipertahankan dan dilanjutkan,”katanya lagi.
Giay menjelaskan, prestasi berikutnya adalah keberadaan Balai Pelatihan Tenaga Kesehatan Provinsi Papua yang terakreditasi dan mendapat penghargaan dari Kementerian Kesehatan.
“Balatkes Provinsi Papua ini menjadi satu-satunya Balai Pelatihan Tenaga Kesehatan di Indonesia Timur yang telah terakreditasi. Hingga tahun 2016 jumlah peserta pelatihan di Balatkes sebanyak 2053 orang dan saat ini Balatkes menjadi pusat pelatihan tenaga kesehatan bagi seluruh tenaga kesehatan di Papua,”pungkasnya. (ama/rm)