SENTANI (PT) – Potensi lokal seni dan budaya di masing-masing kampung di Kabupaten Jayapura belum dimaksimalkan.
Padahal, seni budaya jika dipadukan dengan potensi alam sebagai pintu pariwisata, akan menambah nilai seni dan juga keinginan orang untuk datang ke Bumi Kenambai Umbay.
Salah satu seniman Kabupaten Jayapura, Kundrat Sokoy mengatakan, minimnya ruang ekspresi bagi seniman dan budayawan di daerah, mengakibatkan redupnya ekspresi dalam berkarya bagi para pegiat seni.
Selain itu, kata Sokoy, minat dan keinginan generasi muda dalam menekuni seni budaya lokal sangat minim.
“Anak-anak belum dibiasakan untuk mengenal seni dan budaya lokal, padahal itu adalah jati diri mereka yakni tradisi yang turun temurun dari nenek moyang kita yang dilakukan dalam aktifitas hidup sehari-hari,” ujar Kundrat Sokoy, Selasa (15/10).
Dikatakan, tradisi dalam budaya dan seni harus dikembangkan di setiap kampung-kampung dengan dijabarkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kundrat mencontohkan, seni dan budaya yang lazim dilakukan dalam kehidupan sehari-hari seperti menyanyi, menari, dengan menggunakan tifa, kerambut, akuilka dan alat musik tradisional lainnya.
“Ini sebenarnya ruang yang tersedia, di dalam lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat di kampung masing-masing. Tetapi, pengaruh luar membuat kita lupa akan seni dan budaya kita sendiri,” tandasnya.
Secara kelembagaan, menurutnya, pemerintah daerah telah membentuk badan yang menangani soal seni dan budaya, baik Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dewan Kesenian Papua, yang secara struktural terbentuk juga di masing-masing daerah kota dan kabupaten.
Dikatakan, lembaga ini dibentuk agar komunitas, kelompok, bahkan sanggar seni yang terbentuk secara swadaya oleh masyarakat dapat diakomodir dalam program kegiatan dan pengembangan minat serta bakat yang menghasilkan karya-karya seni yang dimiliki.
Sementara itu, Bupati Jayapura Mathius Awoitauw mengatakan, pengembangan seni dan budaya di daerah yang dipimpinnya ini cukup memberikan dampak postif dalam pengembangan program pembangunan yang secara umum dilakukan dalam pemerintahan.
Bupati menyebutkan Festival Danau Sentani (FDS), Festival Bahari Teluk Tanah Merah (FBTTM), Festival Masyarakat Adat Lembah Grime, Festival Makan Papeda, adalah bagian-bagian yang secara kontinyu dilakukan dalam rangka mendukung pengembangan seni dan budaya lokal di daerah ini.
“Aktifitas seni dan budaya sesungguhnya adalah bagian dari aktifitas hidup masyarakat sehari-hari dalam kehidupan masyarakat itu sendiri. Dan ini sudah digariskan sejak nenek moyang kita. Ruang dan kesempatan itu ada di masing-masing kampung, karena seni dan budaya lokal lingkupnya hanya sebatas dimana kampung itu berada dan harus ditumbuh kembangkan,” pungkasnya. (ist/sri)