Gubernur Enembe saat mengikuti peluncuran buku secara virtual dari kediamannya, Senin (26/7)
JAYAPURA (PT) —Gubernur Papua, Lukas Enembe, SIP, MH meluncurkan beberapa buku yang diantaranya tentang “Jatuh Bangun Lukas Enembe” Merakit Kisah Ancaman Kriminalisasi, Membongkar Fakta Gubernur Papua.
Peluncuran buku ini secara Live Streaming dirangkaikan dengan penyerahanan bantuan dana Covid-19 pada rumah sakit mitra/rujukan Covid-19 di Provinsi Papua berlangsung di Suni Hotel & Convention Abepura, Senin (26/7).
Ada 3 buku yang diluncurkan saat itu yakni buku Jatuh Bangun Lukas Enembe ditulis oleh Elpius Hugi, SPd, MA kemudian buku Lukas Enembe Membuat Lurus Soal Otonomi Khusus ditulis Muhammad Rifai Darus dan buku Torang Bisa! PON XX Supremasi dan Kemuliaan Papua ditulis Lukas Enembe.
Nara sumber peluncuran buku ini, masing-masing Moksen Idris Sirfefa (Penyunting Buku), Bupati Lanny Jaya, Befa Yigibalom, Bupati Keerom, Piter Gusbager, Ketua Sinode KINGMI, Dr. Beny Giay, Uskup Jayapura, Mgr. Leo Laba Ladjar, OFM dan Rektor Uncen Jayapura, Dr. Ir. Apolo Safanpo, ST, MT.
Lukas Enembe dalam sambutannya mengatakan, sejak awal dirinya sudah diamanahkan Tuhan dan dipercayakan masyarakat Papua serta disahkan pemerintah sebagai Gubernur Papua, selama kurun waktu tujuh tahun terakhir ini.
Tentu banyak pengalaman dan cerita, suka dan duka yang ia alami.
Ia menyadari tak semua pengalaman dan cerita tersebut yang terungkap dan belum banyak diketahui oleh publik atau masyarakat.
Oleh karena itu, ia menyambut baik dan mengapresiasi penerbitan buku Jatuh Bangun Lukas Enembe yang ditulis Elpius Hugi.
“Sebagai seorang yang saya percaya selaku Sekpri Gubernur Papua dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab, saya yakin Elpius Hugi memiliki kapasitas dan kemampuan untuk menceritakan secara baik perjalanan Gubernur Papua dari masa ke masa, beserta potret masing-masing Gubernur Papua, secara khusus pada masa periode saya,” kata Enembe saat mengikuti peluncuran buku secara virtual.
Dikatakan, buku ini juga menyajikan suatu hasil pengamatan yang objektif dan segala sesuatu yang tertangkap oleh indra Elpius Hugi selama mendampinginya kemana-mana sebagai Gubernur Papua yang belum terungkap secara luas di masyarakat.
Semua pengalaman yang diceritakan dalam buku ini, tuturnya, ia nilai objektif dan autentik dan ia anggap menjadi bagian dari konsekuensi perjalanan seorang pemimpin.
“Saya juga berharap apa yang terungkap dalam buku ini dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran bagi siapa saja terutama kader-kader pemimpin masa depan Papua,” ucapnya.
Bahwa, Papua tak hanya membutuhkan pemimpin yang cerdas, visioner, inovatif, tapi yang lebih penting adalah pemimpin yang tangguh, berani membela kebenaran, konsisten, inspiratif, dan berpihak kepada masyarakat, serta takut akan Tuhan.
Perjalanan pemerintahan dan pembangunan di provinsi Papua memiliki sejarah yang panjang mulai provinsi Irian Jaya sampai dengan berganti nama menjadi provinsi Papua.
Perjalanan pemerintahan dan pembangunan itu juga terpotret dari periode kepemimpinan para gubernur, yang masing-masing kepemimpinan gubernur memiliki tantangan dan kebijakan sesuai dengan masanya.
“Kita harus berterima kasih dan menghormati seluruh Gubernur, yang memimpin kita sebagai peletak dasar pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan Provinsi Papua, sehingga keberhasilannya dapat kita rasakan sampai saat ini,” terangnya.
Keberhasilan pelaksanaan pembangunan dan pemerintahan, harus terus dipertahankan, dikembangkan dan dimantapkan.
Capaian dan prestasi tersebut, pada hakekatnya adalah salah satu modal dasar yang harus dilanjutkan untuk capaian dan prestasi pembangunan yang lebih baik lagi, di masa yang akan datang.
Pelaksanaan pembangunan periode 2013-2018 dalam gerakan Papua Bangkit, Mandiri dan Sejahtera telah membawa perubahan besar bagi Papua, meletakkan fondasi kebangkitan, kemandirian dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Papua.
Maka pada periode kedua kepemimpinan ia dan Wakil Gubernur, Klemen Tinal, SE, MM tahun 2018-2023, terus berupaya keras menjawab tantangan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Papua, membangun keadilan dan menjaga NKRI.
Oleh karena itu, kerangka pembangunan berada dalam visi, Papua Bangkit, Mandiri dan Sejahtera yang Berkeadilan.
Kebangkitan, kemandirian dan kesejahteraan masyarakat Papua sebagai cita-cita bersama akan dapat terwujud secara hakiki jika dalam pelaksanaan pembangunan bisa menjawab rasa keadilan bagi seluruh masyarakat di Provinsi Papua.
Pembangunan yang dilaksanakan harus dapat menghapus ketidakadilan, marginalisasi, ketimpangan dan diskriminasi yang dialami oleh masyarakat Papua.
“Semoga ke 3 ini menjadi pembelajaran bagi kita semua dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan, khususnya di provinsi Papua dan di Indonesia pada umumnya. Buku ini pantas menjadi bahan bacaan bagi kita semua, khususnya bagi calon-calon pemimpin di provinsi Papua dalam mewujudkan harapan seluruh rakyat Papua di masa yang akan datang,” ujarnya.
Kebersamaan menjadi modal sosial dan modal kultural dalam melangkah dan bekerja ke depan mengantarkàn Papua menjadi provinsi yang berdaya saing dan terkemuka sebagai representasi Indonesia di kawasan Pasifik.
Kado Ulang Tahun
Sementara itu, Elpius Hugi mengatakan, ia mewakili para penulis buku menyampaikan selamat menyambut ulang tahun Gubernur Lukas Enembe ke 54, yang akan dirayakan pada 27 Juli 2021.
“Bapak Gubernur terkasih, tak ada kado istimewa yang dapat kami bisa sumbangkan, selain karya sederhana ini,” ucap Elpius.
Elpius mesti menyampaikan dengan jujur bahwa semula saya tak ada ide menulis buku. Tapi kutipan tadi bahwa orang boleh pandai setinggi langit, tetapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.
Dikatakan, menulis adalah memahat peradaban! turut menyadarkan saya untuk membukukan catatan harian saya selama ini atas peristiwa-demi peristiwa, ancaman demi ancaman yang dialami oleh bapak Gubernur Lukas Enembe hanya pada kurun waktu 3 tahun yakni 2017-2019.
Bab-bab dalam buku buku Jatuh Bangun Lukas Enembe: Merakit Kisah Ancaman Kriminalisasi, Membongkar Fakta Gubernur Papua ini disusun sedemikian rupa, sehingga pembaca dapat mengetahui latar belakang Gubernur Lukas Enembe dan bagaimana cara pandang beliau terhadap Papua.
Narasi yang disampaikan dalam buku ini akan membuka perspektif baru dan bahkan paradigma baru untuk melihat bagaimana cara pandang pemerintah pusat terhadap para pemimpin di Papua.
Benang merah yang ditarik dalam buku ini adalah kentalnya politik curiga, saling menuduh, saling menyalahkan, politik ketidak-percayaan antara Jakarta kepada para gubenur di Tanah Papua.
Bagaimana hal itu ternyata sudah dimulai sejak jaman gubernur pertama Orang Asli Papua (OAP), Elieser Jan Bonai, juga Gubernur ke-3 Brigadir Jenderal Acub Zainal hingga saat ini.
Dalam ulasannya, buku ini diulas secara gamblang tanpa ada yang disembunyikan bagaimana upaya dilakukan oleh pihak-pihak yang tak menyukai sepak terjang Gubernur Lukas Enembe dalam membangun Papua.
Bagaimana pihak-pihak tersebut memanfaatkan aparat pemerintah, baik Kementerian Dalam Negeri, KPK bahkan Mabes Polri maupun Polda.
Bagaimana upaya Operasi Tangap Tangan (OTT) yang gagal total, upaya kriminalisasi yang bermuatan politik bahkan upaya mencelakai gubernur juga diceritakan dalam buku ini. (fil/rm)