JAYAPURA (PT) – Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XVI Papua 22021 dihelat di dua kluster, yakni Kota Jayapura 5-15 November 2021.
Upacara Pembukaan (Open Ceremony) Peparnas XVI Papua 2021 berlangsung di Stadion Mandala, Jayapura pada 5 November 2021, diikuti 33 provinsi di tanah air dan akan dibuka Wapres Ma’ruf Amin, didampingi Gubernur Papua Lukas Enembe.
Peparnas adalah pekan olahraganya penyandang disabilitas, sehingga banyak diksi dan pilihan-pilihan kalimat yang perlu diperhatikan jurnalis peliput Peparnas XVI Papua 2021.
“Ketika kita bicara soal penyandang disabilitas pasti ada hal-hal yang tak bisa digeneralisir dan disamakan ukuran-ukuran baku tentang peliputan dan lain-lain dengan non disabilitas,” ujar Deputi V Kantor Staf Presiden (KSP) Jaleswari Pramodhawardan saat media sharing session tentang isu-isu disabilitas, menjelang Peparnas XVI Papua 2021 di Swiss-Belhotel Papua, Jayapura, Rabu (3/11).
Jaleswari mengatakan hal-hal inilah yang membuat Peparnas menjadi unik dan kemudian membedakan dengan Pekan Olahraga Nasional (PON).
“Di Peparnas kita tak sekedar prestasi atau aksebilitas, tapi juga soal kemanusiaan atau humanity dan kepedulian. Jadi proses sensititas jurnalis juga perlu diperhatikan,” tukasnya.
Sementara itu, Tenaga Ahli Utama Kediputihan IV KSP, Widiarsih Agustina menuturkan jurnalis dalam peliputan Peparnas XVI Papaua 2021 sebaiknya memperhatian beberapa hal.
Pertama, dalam meliput Peparnas menggunakan bahasa dalam perspektif disabilitas yakni kesetaraan.
Kedua, dalam meliput Peparnas jangan berasumsi. Kalau ingin tahu tanya saja langsung jangan bermain berasumsi.
Kalau tak mau berasumsi tolong tak gunakan kata sifat.
“Kata sifat itu adalah bahasa yang kita gunakan untuk menjustifikasi tau mengadili seseorang. Saya sarankan teman-teman tak menggunakan kata sifat. Kalau kita mau ngomong kesetaraan, maka gunakan bahasa cinta,” terang mantan wartawan Majalah Tempo ini. (fil/rm)