MERAUKE-Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Republik Indonesia, Puan Maharani meminta agar bantuan alsintan yang diberikan dapat digunakan dan dirawat dengan baik sehingga tidak cepat rusak. Alat yang ada tidak boleh digunakan secara sembarangan apalagi jika tidak diservis. Alat harus digunakan secara bergiliran oleh kelompok yang ada serta senantiasa mengedepankan rasa gotong royong.
“Bantuan yang diberikan memang tidak terlalu besar namun tidak juga dapat dikatakan sedikit. Setidaknya dapat bermanfaat bagi petani dan menjadikan Kampung Sarsang lebih baik,”terangnya saat menyerahkan bantuan di Kampung Sarsang Distrik Tanah Miring, Sabtu (28/10/2017).
Dijelaskan, Kabupaten Merauke memang tengah dibidik oleh pusat untuk menjadi lumbung pangan dan diharapkan 1,2 juta hektar yang diprogramkan dapat memberikan hasil yang diharapkan. Memang faktor cuaca, pengairan dan ketersediaan pupuk menjadi faktor penting yang sangat mendukung sehingga jika ada masalah tentu akan menghambat produksi.
“Oleh sebab itu akan diupayakan untuk melakukan diversifikasi pangan sehingga di daerah ini dapat dikelola berbagai pangan lainnya sebagai pengganti. Segala permasalahan yang disampaikan oleh petani dalam kunjungan kali ini akan dilanjutkan kepada Kementerian Pertanian,”papar Puan Maharani.
Sementara itu Kadistrik Tanah Miring, Rizky K.Firmansyah menyampaikan bahwa kunjungan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia, Puan Maharani bersama dua menteri lainnya yaitu Menteri Kesehatan, Nila Meoelok serta Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Yembise ke Kampung Sarsang diharapkan menjadi motivasi agar dapat mengabdi dan berkarya lebih baik lagi. Terlebih Kampung Sarsang menjadi kampung yang terpilih untuk dikunjungi sehingga menjadi sebuah kebanggaan tersendiri.
Ia menjelaskan, Distrik Tanah Miring memiliki kampung yang termasuk kampung persiapan dan kampung definitif. Selain itu ada yang termasuk kampung lokal, kampung yang didiami warga dari NTT dan ada yang dominan eks trans. Kehidupan bermasyarakat di antara suku yang ada selama ini mampu terjalin dengan baik dan masyarakat dapat bersosialisasi dengan harmonis. Mayoritas bermatapencaharian sebagai petani sehingga bantuan alsintan yang diberikan akan sangat berguna.
“Pasalnya lahan yang tersedia begitu luas, apalagi jika tiba musim tanam atau panen petani bisa saling berebut untuk menggunakan alat yang ada. Namun diakui jumlah alat masih minim sehingga pengelolaan diserahkan langsung kepada Gapoktan,”tuturnya.
Pada kesempatan yang sama, Giyanto salah seorang PPL di Kampung Yasamulya mengemukakan bahwa dirinya juga memiliki sawah dan bisa panen hingga 4,5 ton. Lahan yang ia miliki juga sudah besertifikat.
Dalam setahun sawahnya bisa dua kali panen. Varietas yang ditanam adalah beras Mikongga yang biasa dijual di penggilingan dan Bulog dengan harga Rp7.500 Ia mengakui harga tersebut dinilai terlalu rendah dan diharapkan bisa meningkat hingga mencapai Rp10.000 sebab petani juga harus menyesuaikan dengan kebutuhan bahan-bahan yang lain yang harganya juga tidak murah. Antara lain kebutuhan pestisida dan pupuk yang masih minim.(lam/jg)