JAYAPURA (PT) – Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) atau lebih dikenal sebagai AirNav Indonesia menjalin kerjasama dengan TNI Angkatan Udara (TNI AU) untuk mengamankan jalur penerbangan udara di Papua.
Kerjasama ini merujuk pada terjadinya sejumlah insiden penembakan terhadap pesawat yang terjadi di wilayah Papua.
Misalnya saja, belum lama ini terjadi di Bandara Kenyam, Kabupaten Nduga yang mana aksi penembakan dilakukan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) terhadap pesawat yang menyebabkan pilot terluka.
“Kerjasama sipil dan militer ini diadakan karena kita semua sadar bahwa di Papua selalu didengungkan kata-kata spesifik dan unik.
Spesifiknya Papua adalah faktor keamanan,” ungkap General Manager AirNav Papua, Suwandi dalam keterangan pers di sela-sela seminar di Aston Hotel, Selasa (17/7/2018).
Diakuinya, di Papua terdapat 10 kendala permasalahan praktis tentang penerbangan, salah satunya tentang faktor keamanan.
Oleh sebab itu, pihaknya akan melakukan kerjasama militer dalam rangka penanganan faktor keamanan penerbangan.
“Pada saat kita terbang, keamanan itu bisa mengancam kapan saja dan kita tidak tahu. Sehingga pada saat ini kami bekerjasama dengan pihak TNI AU untuk melaksankan penjagaan terhadap keamanan penerbangan yang didalamnya ada nyawa manusia,” katanya.
Sementara itu, Panglima Komando Sektor (Pangkosek) Pertahanan Udara Nasional (Hanudnas), Marsekal Pertama TNI. Jorry S Koloay menjelaskan, dengan luasnya wilayah udara di Papua, kemudian dengan beroperasinya 300 lebih landasan udara atau bandar udara di Papua ditambah banyaknya frekuensi penerbangan dengan kerawanan yang ada maka pihaknya bermaksud untuk memadukan seluruh komponen negara dengan instansi terkait dalam rangka kehadiran negara di seluruh wilayah Indonesia.
“Memang ada beberapa bandara yang belum bisa kita kontrol sepenuhnya karena keterbasan sumber daya manusia maupun sarana dan prasarana. Oleh sebab itu, kita mencoba memberdayakan seluruh potensi negara dalam konteks bagaimana memperkuat pengelolaan system keamanan wilayah udara dan penerbangan,” ujar Jorry.
Terkait kegiatan seminar, menurutnya bahwa pihaknya mencoba untuk menyelaraskan seluruh fungsi negara, komponen negara agar bisa bersinergi dengan baik.
Mulai dari Kementrian Perhubungan, TNI AU, Angkasapura dan maskapai penerbangan.
“Kenapa seminar ini kita laksanakan lebih kepada bagaimana tindak lanjut implementasi operasional kita laksanakan nantinya di Papua. Seluruh Kabandara, Danlanud kita undang, GM AirNav juga kita undang, kita buktikan Papua bisa menjadi contoh bagaimana kita bisa bersinergi mengintegrasikan dan menyelaraskan seluruh komponen bangsa, penguatan sistem pengolaan wilayah udara dan penerbangan di Papua,” tandasnya. (ing/dm)