JAYAPURA (PT) – Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Papua saat ini gencar mengembangkan ternak ayam potong di kabupaten dan kota.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Papua, Ir. Petrus D. Pasereng, M.Si mengaku, pertumbuhan ternak ayam potong di Papua bagaikan jamur.
“Pengembangan ternak ayam potong di Papua sudah berjalan dengan baik seperti di Kabupaten Jayapura, Keerom dan Kota Jayapura peternak ayam potong bagaikan jamur yang tumbuh pada saat hujan,” kata petrus pasereng.
Pengembangan ternak ayam potong tersebut tidak lepas dari promosi dari pemerintah bersama mitra kerja pemerintah, hal ini tentunya untuk memenuhi kebutuhan daging di Papua terutama pada pelaksanaan pon xx tahun 2020 di Papua.
“Tahun 2020 kita optimis kebutuhan daging seperti daging ayam, sapi dan telur dapat mencukupi,” katanya.
Diakuinya, untuk produksi telur ayam di Papua khususnya untuk Kota Jayapura mencapai 35 ribu per hari.
“Peternak yang sudah mandiri atau swasembada ayam potong di kabupaten merauke dan timika khusus telur ayam,” ujarnya.
Sebelumnya, Penjabat Gubernur Papua, Soedarmo meminta Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Papua agar mengembangkan ternak ayam potong di seluruh kabupaten.
“Ayam potong inikan pemeliharaannya sangat cepat, bahkan masih pada umur tiga bulan sudah bisa dipanen. Jadi, program ini bisa digalakkan maka sudah tentu diyakini dapat membantu masalah pangan yang dihadapi masyarakat sementara selebihnya bisa dijual,” kata Soedarmo.
Gubernur mengatakan, saat ini ada banyak program dan pendanaan yang diturunkan ke kabupaten. Sangat diharapkan agar seluruh anggaran itu benar-benar diperuntukkan untuk program yang menyentuh kebutuhan dasar masyarakat.
Artinya, pemerintah daerah perlu ikut mensiasati agar dana-dana yang diberikan kepada setiap kampung di Papua, bisa berguna dan bermanfaat bagi masyarakat.
“Ya diantaranya dengan program pemeliharaan ayam potong itu. Makanya nanti kita akan buat surat pengajuan ke kementerian desa agar ada kekhususan untuk Papua dalam hal penggunaan dana desa itu. Sebab dana desa di Papua peruntukannya tak selalu sama dengan di Jawa. Makanya perlu dicari solusi terbaik agar dana itu turun dan memiliki dampak yang positif bagi masyarakat,” tandasnya. (ing/dm)